Gaza – Seorang perawat Palestina, Ahmed al-Zaharneh, yang bertugas di Rumah Sakit Eropa Gaza, dilaporkan meninggal dunia akibat cuaca dingin ekstrem.
Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan kondisi musim dingin yang keras diperparah oleh blokade ketat Israel, membuat situasi semakin tak tertahankan.
Dalam pernyataan resmi pada Jumat pagi, kementerian menyebutkan bahwa “jasadnya ditemukan di dalam tendanya di wilayah al-Mawasi, sebelah barat Kota Khan Younis, Gaza selatan.”
“Peristiwa ini terjadi di tengah kondisi kemanusiaan yang sulit yang dialami oleh warga yang mengungsi, di mana penderitaan warga Gaza semakin meningkat akibat suhu rendah dan minimnya alat pemanas di tenda-tenda,” tambah pernyataan itu.
Tidak hanya itu, setidaknya tiga bayi dilaporkan meninggal dunia akibat hipotermia di Gaza selatan dalam dua hari terakhir.
Pada Rabu, dokter melaporkan seorang bayi perempuan berusia tiga minggu meninggal dunia akibat kedinginan semalaman saat suhu turun drastis di tengah musim dingin basah di wilayah konflik ini.
Dokter menjelaskan bahwa tenda bayi tersebut tidak terlindungi dari angin dan tanahnya sangat dingin.
Kamis pagi, bayi lainnya, Sila Mahmoud al-Faseeh, ditemukan tak responsif. Ketika dokter tiba, kondisi paru-parunya sudah memburuk, dan ia dinyatakan meninggal dunia akibat hipotermia.
“Bayi itu meninggal dunia karena kedinginan ekstrem,” kata Dr. Munir al-Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Palestina, melalui media sosial X.
Dalam unggahan lain, ia menggambarkan tenda-tenda di Gaza sebagai “kulkas kematian,” mengutip kematian dua bayi lainnya akibat cuaca yang sangat dingin.
Menurut Ahmed al-Farra, Kepala Departemen Anak dan Kebidanan di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, kedua bayi yang gugur tersebut masing-masing berusia tiga hari dan satu bulan.
Kematian ini semakin menyoroti kondisi darurat di Gaza, di mana ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi terpaksa tinggal di tenda-tenda darurat, melarikan diri dari gempuran Israel di berbagai wilayah jalur Gaza.
Sumber: Quds News Network