Gaza – Ratusan tenda pengungsi Palestina di Gaza dilaporkan tenggelam dan hanyut akibat banjir bandang yang dipicu hujan lebat pada Selasa (31/12).
Hujan deras tersebut melanda wilayah Gaza yang telah menghadapi perang pemusnahan oleh Israel selama lebih dari 15 bulan.
Hujan deras menyebabkan tanah di sekitar kamp pengungsian di wilayah barat Deir Al-Balah, serta di Mawasi Khan Yunis dan Rafah, terkikis. Akibatnya, ratusan tenda yang menjadi tempat tinggal keluarga pengungsi runtuh, meninggalkan mereka tanpa tempat berlindung di tengah cuaca buruk.
Angin kencang juga memperparah kerusakan pada tenda-tenda yang sudah rapuh.
Menurut para pengungsi yang diwawancarai oleh Anadolu Agency, banyak keluarga terpaksa menghabiskan malam di tempat terbuka tanpa perlindungan, kehilangan barang-barang pribadi dan harta benda mereka yang terbawa arus air.
Puluhan tenda di wilayah dataran rendah dan lahan pertanian turut terendam air hujan. Kondisi ini diperparah oleh ketidakmampuan tim pertahanan sipil dan pemerintah setempat untuk menangani situasi tersebut karena minimnya sumber daya dan peralatan.
Cuaca buruk ini semakin memperburuk penderitaan para pengungsi yang telah lama mengalami kekurangan bantuan kemanusiaan.
Beberapa keluarga berusaha melindungi tenda mereka dengan membuat tanggul tanah, namun hujan deras dan banjir bandang tetap menghancurkannya.
Keluarga yang terdampak mendesak lembaga bantuan internasional dan PBB untuk segera memberikan bantuan darurat, termasuk penyediaan tempat tinggal yang layak, guna menghadapi krisis kemanusiaan ini.
Sementara itu, pihak Pertahanan Sipil Palestina melaporkan telah menerima ratusan panggilan darurat sejak Senin (30/12). Dalam pernyataan resminya, mereka menyebutkan bahwa timnya berusaha mengevakuasi para pengungsi ke lokasi lain.
Namun, lokasi pengungsian alternatif sering kali tidak layak huni, memaksa banyak orang bertahan di bawah guyuran hujan dan cuaca dingin yang ekstrem.
Gaza saat ini berada di bawah pengaruh badai dengan hujan deras dan massa udara dingin yang melanda wilayah Palestina sejak Minggu malam (29/12).
Situasi ini semakin parah dengan serangan udara Israel yang terus berlangsung, menewaskan dan melukai puluhan warga sipil setiap harinya.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel dengan dukungan Amerika Serikat telah melancarkan serangan yang disebut sebagai genosida di Gaza.
Serangan tersebut telah menyebabkan lebih dari 154 ribu warga Palestina menjadi korban jiwa dan terluka, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.
Selain itu, lebih dari 11 ribu orang dilaporkan hilang, sementara kelaparan yang melanda telah merenggut nyawa puluhan anak-anak dan lansia, menjadikan konflik ini sebagai salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Media sosial dipenuhi dengan gambar-gambar memilukan yang menunjukkan tenda-tenda pengungsi yang tenggelam akibat hujan deras, di tengah penderitaan yang terus meningkat akibat serangan Israel dan pembantaian yang sudah berlangsung selama 452 hari berturut-turut.
Sumber: Arabi21