Gaza – Pemerintah Media Office Gaza pada Sabtu mengungkapkan bahwa 110.000 dari 135.000 tenda yang digunakan oleh pengungsi Palestina di Jalur Gaza yang dilanda perang kini telah rusak dan “benar-benar tak layak pakai.”
Kantor tersebut menuduh militer Israel bertanggung jawab atas “krisis kemanusiaan tragis” yang kembali mengancam nyawa ribuan warga sipil saat musim dingin yang membekukan tiba.“
Situasi kemanusiaan yang mengerikan ini merupakan akibat langsung dari genosida yang dilakukan oleh tentara pendudukan ‘Israel’, yang telah menghancurkan ratusan ribu rumah warga, memaksa mereka tinggal di tenda yang tidak memenuhi kebutuhan hidup layak,” kata pernyataan tersebut.
Tragedi semakin nyata ketika seorang perawat Palestina, Ahmed al-Zaharneh, yang bekerja di Rumah Sakit Eropa Gaza, ditemukan meninggal dunia pada Jumat akibat kondisi cuaca ekstrem, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
“Jasadnya ditemukan di dalam tenda di wilayah al-Mawasi, barat Kota Khan Younis, Gaza selatan,” ujar kementerian itu.
Insiden ini menyoroti kesulitan besar yang dialami para pengungsi di Gaza. Suhu yang sangat rendah dan minimnya fasilitas pemanas di tenda memperburuk penderitaan warga.
Pekan lalu, setidaknya tiga bayi dilaporkan meninggal akibat hipotermia di Gaza bagian selatan. Seorang bayi perempuan berusia tiga minggu dilaporkan tewas membeku pada malam hari ketika suhu turun drastis di tengah musim dingin basah di wilayah Palestina yang terkepung. Menurut dokter, tenda tempat bayi itu tinggal tidak terlindungi dari angin dan suhu dingin dari tanah.
Pada Kamis, bayi lainnya, Sila Mahmoud al-Faseeh, ditemukan tak bernyawa. Ketika dokter tiba, paru-parunya sudah rusak, dan ia dinyatakan meninggal akibat hipotermia.
Dr. Munir al-Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Palestina, menyebut insiden ini sebagai “kematian karena dingin ekstrem” di al-Mawasi, melalui platform X.
Dalam pernyataannya, Dr. Munir menggambarkan tenda-tenda di Gaza sebagai “kulkas kematian,” mengacu pada kematian dua bayi lainnya karena cuaca dingin yang ekstrem.
Ahmed al-Farra, kepala departemen pediatri dan obstetri di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, mengonfirmasi bahwa korban lainnya adalah bayi berusia tiga hari dan satu bulan.
Kematian ini menegaskan kondisi buruk yang dialami ratusan ribu pengungsi Palestina yang tinggal di tenda-tenda darurat, melarikan diri dari gempuran Israel di berbagai wilayah Gaza.
Tenda-tenda yang rusak ini tidak hanya mencerminkan penderitaan fisik, tetapi juga menyoroti krisis kemanusiaan yang terus berlangsung tanpa solusi nyata bagi para korban konflik.
Sumber: Quds News Network