Gaza – Otoritas lokal di Jalur Gaza meminta para donor dan organisasi kemanusiaan untuk memprioritaskan pengiriman tenda serta tempat penampungan sementara guna membantu warga yang kehilangan rumah akibat serangan Israel.
Kantor Media Pemerintah Gaza, dalam pernyataan pada Senin, mengungkapkan bahwa ribuan keluarga Palestina terpaksa tidur di alam terbuka di tengah suhu dingin yang ekstrem.
“Penyediaan tempat penampungan telah menjadi kebutuhan kemanusiaan mendesak yang tidak bisa ditunda. Ini adalah kebutuhan paling krusial saat ini,” bunyi pernyataan tersebut.
Otoritas Gaza juga mendesak Jordan Hashemite Charity Organisation, yang selama ini menyalurkan bantuan kepada warga Palestina, agar memasukkan tenda dalam pengiriman bantuan berikutnya bersama makanan dan suplai kemanusiaan lainnya.
Ratusan ribu warga Palestina telah kembali ke Gaza utara setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas bulan lalu. Namun, banyak dari mereka mendapati rumah mereka telah hancur total akibat serangan udara Israel yang meratakan kawasan pemukiman di Gaza City, Jabalia, dan Beit Hanoon.
Kantor Media Pemerintah Gaza menuduh Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari, dengan membatasi masuknya bantuan dan tempat penampungan ke wilayah tersebut.
Menurut perjanjian, 60.000 unit rumah darurat dan 200.000 tenda seharusnya dikirim ke Gaza untuk menampung warga yang kehilangan tempat tinggal akibat serangan Israel. Perjanjian itu juga mengharuskan Israel mengizinkan masuknya alat berat guna membersihkan reruntuhan.
“Namun, Israel terus menghambat dan menunda pelaksanaan perjanjian ini, memperburuk krisis kemanusiaan serta penderitaan warga sipil di Gaza,” kata pernyataan itu. “Situasi ini berpotensi menimbulkan dampak berbahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
PBB: Israel Masih Batasi Bantuan untuk Gaza
Pada Selasa, pejabat Program Pangan Dunia (WFP), Antoine Renard, mengatakan bahwa bantuan ke Gaza memang meningkat, tetapi Israel masih membatasi masuknya barang tertentu, termasuk yang dikategorikan sebagai “dual-use,” yaitu barang yang dapat digunakan untuk keperluan sipil maupun militer.
“Banyak barang yang dikategorikan sebagai dual-use, seperti perlengkapan medis dan tenda, juga harus diizinkan masuk ke Gaza,” kata Renard, dikutip oleh Reuters.
Sejak perang dimulai pada Oktober 2023, serangan Israel telah menyebabkan hampir 62.000 korban jiwa di kalangan warga Palestina, termasuk ribuan yang masih hilang dan diduga tewas di bawah reruntuhan.
Sumber: Al Jazeera