Gaza – Penduduk kamp pengungsi Jabalia telah kehilangan akses ke pasokan makanan dan air bersih selama tujuh hari berturut-turut di tengah serangan militer Israel yang semakin intensif di Gaza utara, kata juru bicara Pertahanan Sipil Gaza pada Sabtu.
Dalam pernyataan video, juru bicara Mahmoud Basal menyoroti kondisi kritis yang dihadapi sekitar 200.000 warga di daerah Jabalia.
“Warga telah tanpa makanan dan air selama lebih dari seminggu, berjuang untuk bertahan hidup di tengah agresi Israel yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda,” ujar Basal.
Juru bicara Pertahanan Sipil tersebut menegaskan pentingnya dibukanya koridor kemanusiaan untuk memungkinkan bantuan mencapai mereka yang sangat membutuhkan.
“Kita sedang menyaksikan bencana kemanusiaan yang terjadi di depan mata kita, dan kita harus segera bertindak untuk menyelamatkan nyawa,” tambah Basal.
Sejak 6 Oktober, tentara Israel telah memberlakukan pengepungan ketat di Jabalia, menyusul peningkatan kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza utara.
Ini adalah operasi darat ketiga yang dilakukan oleh tentara Israel di Jabalia sejak dimulainya perang yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Israel terus melakukan serangan brutal terhadap Gaza setelah serangan lintas perbatasan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Hampir 42.200 orang telah menjadi korban jiwa, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 98.300 terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel ini telah menyebabkan hampir seluruh penduduk Jalur Gaza mengungsi di tengah blokade yang sedang berlangsung, yang telah menyebabkan kekurangan pangan, air bersih, dan obat-obatan yang parah.
Israel kini menghadapi tuntutan genosida di Pengadilan Internasional atas tindakannya di Gaza.
Sumber: Anadolu Ajansi