Gaza – Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa puluhan pasien luka-luka di Rumah Sakit Indonesia, Gaza Utara, terancam meninggal dunia akibat kekurangan makanan dan air. Situasi ini terjadi karena wilayah tersebut telah dikepung oleh militer Israel sejak 5 Oktober.
Dalam pernyataan yang dirilis Selasa malam, kementerian menyebutkan bahwa sebanyak 60 pasien “berada dalam kondisi kritis dan terancam meninggal”.
“Situasi kemanusiaan di dalam rumah sakit menjadi sangat berbahaya karena para korban luka tidak memiliki kebutuhan dasar. Hal ini semakin memperburuk penderitaan mereka di bawah kondisi sulit yang diberlakukan oleh pasukan [Israel],” kata kementerian dalam pernyataannya.
Militer Israel meluncurkan serangan baru di Gaza Utara pada 5 Oktober, yang oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para ahli digambarkan sebagai bagian dari rencana pembersihan etnis terhadap warga Palestina di wilayah tersebut.
Serangan itu dimulai setelah proposal kontroversial bernama “Rencana Jenderal” diajukan kepada pemerintah pendudukan Israel. Proposal ini bertujuan untuk mengosongkan area utara Koridor Netzarim—yang memisahkan Gaza menjadi dua bagian—dari penduduknya, sehingga Israel dapat menjadikan wilayah tersebut sebagai “zona militer tertutup”.
Selain krisis bantuan dan kebutuhan pokok yang semakin parah akibat pengusiran paksa dan cuaca dingin, pasukan Israel juga melancarkan gelombang serangan ke kota-kota padat penduduk di wilayah utara.
Petugas medis di rumah sakit Beit Lahiya dan Jabalia melaporkan bahwa pada awal 2024, kekurangan makanan dan air bersih di wilayah utara menyebabkan lonjakan kasus malnutrisi dan dehidrasi. Laporan terbaru Amnesty International menuduh Israel melakukan genosida terhadap Gaza dalam krisis ini.
Sumber: Quds News Network