Gaza – Pasukan Israel dilaporkan menyebabkan korban jiwa setidaknya 19 warga Palestina di Jalur Gaza pada Rabu (19/11), termasuk seorang petugas penyelamat, di tengah operasi militer yang memperluas serangan di wilayah utara Gaza.
Serangan tersebut juga menghancurkan rumah-rumah dan menargetkan sebuah rumah sakit, menurut pejabat kesehatan. Tim medis melaporkan bahwa sedikitnya 12 orang menjadi korban jiwa akibat serangan udara Israel yang menghantam sebuah rumah di Jabalia, Gaza Utara, pada pagi hari.
Sebanyak 10 orang lainnya masih hilang, sementara proses evakuasi korban terus berlangsung. Seorang pria lainnya menjadi korban jiwa akibat tembakan tank di wilayah yang sama.
Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahiya, Hussam Abu Safiya, mengatakan bahwa fasilitas medis tersebut dibombardir tanpa peringatan saat pihaknya tengah merawat pasien di ruang ICU pada Selasa (18/11).
“Setelah penangkapan 45 staf medis dan larangan masuk tim pengganti, kami kehilangan pasien luka yang seharusnya bisa diselamatkan jika sumber daya tersedia,” ungkapnya.
Abu Safiya juga menyatakan bahwa makanan dan air tidak diizinkan masuk ke wilayah utara, bahkan ambulans pun tidak diperbolehkan mengakses area tersebut.
Rumah sakit tersebut merawat 85 pasien luka, termasuk wanita dan anak-anak, dengan enam di antaranya berada di ICU.
Selain itu, 17 anak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi akibat kekurangan makanan, sementara seorang pria meninggal karena dehidrasi sehari sebelumnya.
Selama beberapa minggu, operasi militer Israel telah berfokus pada wilayah utara Gaza, dengan mengepung tiga kota besar, yakni Jabalia, Beit Lahiya, dan Beit Hanoun.
Pasukan Israel dilaporkan menghancurkan puluhan rumah di wilayah ini. Warga Palestina menuding Israel berusaha mengosongkan kawasan ini secara permanen untuk menciptakan zona penyangga, tuduhan yang dibantah oleh Israel.
Kampanye militer Israel yang berlangsung selama 13 bulan di Gaza telah menyebabkan korban jiwa hampir 44.000 warga Palestina dan memaksa hampir seluruh populasi Gaza mengungsi setidaknya satu kali.
Kampanye ini dimulai setelah serangan oleh pejuang Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang di Israel. Negosiasi untuk mencapai gencatan senjata sejauh ini belum menunjukkan kemajuan.
Mediator dari Qatar telah menghentikan upayanya hingga kedua pihak bersedia membuat konsesi.
Meski fokus serangan Israel berada di wilayah utara sejak bulan lalu, serangan udara juga terus dilancarkan di wilayah lain.
Di Sabra, Gaza City, layanan darurat Palestina melaporkan bahwa satu stafnya menjadi korban jiwa dan tiga lainnya terluka akibat serangan udara Israel saat mereka melakukan operasi penyelamatan.
Serangan di wilayah Zeitoun juga menyebabkan dua korban jiwa di sebuah rumah, menurut tim medis.
Di Rafah, Gaza Selatan, tiga pria menjadi korban jiwa dalam dua serangan udara terpisah, sementara beberapa lainnya mengalami luka-luka.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam kunjungannya ke Gaza pada Selasa (18/11), menyatakan bahwa Hamas tidak akan lagi memerintah Gaza setelah perang berakhir.
Netanyahu juga menegaskan bahwa Israel masih berupaya menemukan 101 sandera yang diyakini berada di Gaza, dengan menawarkan hadiah $5 juta untuk pengembalian masing-masing sandera.
Hamas menginginkan kesepakatan untuk mengakhiri perang, tetapi Netanyahu menegaskan bahwa perang hanya akan berhenti jika Hamas sepenuhnya diberantas.
Sumber: Arabi21