Gaza – Warga Palestina yang mengungsi di Gaza menghadapi situasi tragis dengan datangnya musim dingin. Hujan deras memperparah penderitaan mereka setelah dipaksa oleh agresi Israel untuk tinggal di tenda-tenda darurat yang minim fasilitas dasar, semakin menambah tantangan di tengah agresi brutal Israel yang berlangsung untuk tahun kedua berturut-turut.
Sebagian besar keluarga pengungsi mengalami kekurangan kebutuhan hidup mendasar. Tenda-tenda darurat mereka tidak memiliki akses ke layanan penting seperti air bersih dan makanan, sementara penyakit menyebar akibat buruknya kondisi kesehatan di wilayah tersebut.
Menurut kantor media pemerintah, sekitar 2 juta dari total 2,3 juta warga Gaza telah mengungsi sejak dimulainya serangan Israel yang terus berlanjut.
Di media sosial, aktivis membagikan rekaman tenda-tenda yang terendam banjir di wilayah utara dan selatan Gaza akibat hujan deras.
Kondisi cuaca buruk ini menambah penderitaan para pengungsi yang kini menghadapi kelaparan, penyakit, serta kehilangan tempat tinggal akibat serangan yang menghancurkan rumah-rumah mereka.
Para pengungsi terpaksa mencari perlindungan di sekolah-sekolah, rumah kerabat, atau mendirikan tenda di jalan-jalan, sekolah, dan area lain seperti taman bermain.
Namun, kondisi kemanusiaan tetap memprihatinkan karena minimnya pasokan air dan makanan serta penyebaran penyakit yang meluas.
Laporan PBB menegaskan bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman di Gaza. Pasukan Israel menyerang seluruh wilayah, termasuk area yang sebelumnya diklaim “aman” atau “zona kemanusiaan.”
Akibatnya, warga terpaksa terus berpindah tempat demi mencari perlindungan, bahkan di fasilitas UNRWA (Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina) yang juga tidak memberikan rasa aman.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melakukan genosida di Gaza yang telah menyebabkan lebih dari 148.000 korban jiwa dan luka-luka, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.
Lebih dari 10.000 orang masih hilang di bawah reruntuhan, sementara kelaparan telah merenggut nyawa puluhan anak-anak dan lansia. Tragedi ini merupakan salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Sumber: Arabi21