Tepi Barat – Tepi Seorang wanita Palestina bernama Shatha al-Sabbagh, mahasiswi jurnalisme berusia awal 20-an, gugur akibat tembakan di kepala di Kamp Pengungsi Jenin, Tepi Barat yang diduduki, pada Sabtu malam. Keluarga Shatha menuduh pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA) sebagai pelaku pembunuhan tersebut.
Menurut pernyataan keluarga, Shatha ditembak oleh seorang penembak jitu dari pasukan keamanan PA saat tidak ada bentrokan yang terjadi di wilayah tersebut. “Dia ditembak langsung oleh peluru penembak jitu pasukan keamanan Otoritas Palestina dalam sebuah kejahatan keji,” tulis keluarga dalam pernyataannya pada Minggu.
Namun, pihak keamanan PA membantah tuduhan tersebut dan menyalahkan kelompok militan Palestina atas insiden ini. Dalam pernyataan resmi, mereka menyebutkan bahwa Shatha gugur dalam bentrokan malam hari di kamp Jenin. “Kejahatan keji ini dilakukan oleh kelompok bersenjata yang melawan hukum di dalam kamp Jenin,” kata PA.
Hamas, kelompok perlawanan Palestina, juga menuduh pasukan keamanan PA atas insiden tersebut. “Pembunuhan dingin dan terencana terhadap jurnalis Shatha adalah tindakan kriminal yang menambah daftar panjang pelanggaran aparat keamanan ini, termasuk pembunuhan, penangkapan, dan perlakuan buruk terhadap rakyat kami,” demikian pernyataan Hamas.
Kronologi Insiden Gugurnya Mahasiswi Jurnalisme
Keluarga Shatha menjelaskan bahwa korban sedang bersama ibunya di sebuah kawasan yang terang benderang dan tidak ada tanda-tanda bentrokan saat kejadian. “Meski begitu, penembak jitu pasukan keamanan tetap menembaknya secara langsung,” tegas keluarga.
Persatuan Jurnalis Palestina menyerukan investigasi independen untuk mengungkap fakta di balik gugurnya Shatha.
Latar Belakang Ketegangan di Jenin
Kamp Pengungsi Jenin telah menjadi pusat ketegangan antara kelompok militan Palestina dan pasukan keamanan PA yang berbasis di Ramallah. Sejak bentrokan dimulai pada 5 Desember, tercatat 11 orang gugur, termasuk Shatha.
Bentrokan antara militan Palestina dan pasukan keamanan PA jarang terjadi, namun wilayah Jenin kerap menjadi lokasi kekerasan intens. PA menyatakan bahwa mereka tengah mengejar “kelompok bersenjata yang melawan hukum” di kamp tersebut, sementara kelompok-kelompok militan menuduh PA menargetkan kelompok perlawanan.
Penangkapan sejumlah aktivis dan militan baru-baru ini oleh pasukan PA memicu eskalasi ketegangan di Jenin, yang juga sering menjadi target serangan militer Israel. Kelompok-kelompok perlawanan di Jenin, termasuk faksi bersenjata dalam partai Fatah, mengutuk tindakan PA, menuduh mereka bekerja sama dengan Israel.
Jenin, yang terletak di bagian utara Tepi Barat, dikenal sebagai basis kekuatan faksi-faksi bersenjata Palestina yang mengklaim diri lebih efektif dalam melawan pendudukan Israel dibandingkan Otoritas Palestina, yang kerap dianggap terlalu dekat dengan kebijakan keamanan Israel.
Dengan situasi yang terus memanas, kasus gugurnya Shatha al-Sabbagh menambah babak baru dalam konflik internal Palestina di tengah tekanan berat akibat pendudukan Israel.
Sumber: English Al Arabia